Selasa, 24 November 2015

Sejarah Awal Mula Pengemis


Berdasarkan Permensos No.08 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial  yang dimaksud dengan pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan  belas kasihan dari orang lain.
Mengemis/meminta-minta adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang karena membutuhkan uang, makanan, tempat tinggal atau hal lainnya, bahkan jabatan atau pekerjaan dari orang yang mereka temui atau dari orang yang memiliki pengaruh. Kegiatan ini dilakukan karena mereka tidak dapat memenuhi apa yang mereka butuhkan, entah itu karena keterbatasan  pengetahuan, fisik, keterampilan, informasi, ataupun hal lainnya. Tetapi, di dalam makalah ini yang kami maksud dengan mengemis/meminta-minta adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengharapkan sedikit belas kasihan orang di tempat-tempat umum, baik itu uang recehan ataupun sedikit makanan untuk mengganjal perut mereka.
Di kota-kota besar kegiatan mengemis/meminta-minta yang dilakukan oleh orang-orang yang disebut pengemis ini adalah fenomena yang banyak dan sering kita saksikan. Hampir di setiap perempatan atau stopan lampu lalu lintas, fenomena pengemis ini dapat kita temui. Mereka yang mengemis/meminta-minta biasanya menggunakan gelas, kotak kecil, topi atau benda lainnya yang dapat dimasukan uang dan kadang-kadang menggunakan pesan seperti, "Tolong, aku tidak punya rumah" atau "Tolonglah korban bencana alam ini”. Penampilan mereka pun beragam, tetapi tujuannya sama yaitu untuk menarik simpati dan belas kasih orang yang melihatnya. Penampilan mereka untuk menarik simpati dan belas kasihan orang pun bermacam-macam, ada yang memakai pakaian compang-camping, tubuhnya di cat warna perak, dsb.
Sejarah Pengemis
            Pengemis bukan lah kata-kata yang asing di telinga kita. Kita dapat menemukan pengemis hampir di semua sudut kota, bukan hanya kota-kota besar seperti Jakarta namun di kota-kota kecil kita dengan mudah dapat jumpai.
Ketika di Jawa masih berada dibawah kekuasaan Raja Raja yaitu pada sekitar abad ke-17, sebagai salah satu perwujudan kedekatan Raja dengan rakyatnya, keluarga kraton melakukan semacam kegiatan sedekah, yaitu membagi bagikan makanan atau uang, langsung diberikan oleh Sang Raja kepada rakyatnya. Kebetulan hari yang dipilih adalah Kamis (jawa : Kemis).
Karena seringnya kegiatan keluarga kraton tersebut diadakan pada hari Kamis (tidak setiap hari Kamis), maka rakyat jawa menganggap ini sudah menjadi tradisi dan mereka menyebutnya dengan ‘ngemis’ artinya ikut kegiatan pada hari Kemis.
Waktu itu, ‘ngemis’ bukanlah kegiatan yang hina, karena selain diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat (bukan hanya orang miskin) juga sebagai bukti kesetiaan rakyat kepada Rajanya. Bahkan mereka menganggap bahwa apapun pemberian dari Raja adalah sebuah berkah dari Yang Maha Kuasa yang terkirim melalui Raja mereka (Ngalap Berkah).
Hingga kemudian pada masa penjajahan Belanda, kegiatan Ngemis sudah jarang dilakukan dan tidak sesemarak sebelum sebelumnya, karena kekuasaan Raja pada masa itu sudah mulai dipersempit dengan kehadiran penjajah. Setelah masa penjajahan berlalu dan menuju era kemerdekaan, meski sudah tidak ada lagi tradisi sedekah yang dilakukan oleh keluarga Kraton pada hari Kamis tsb, namun istilah ‘Ngemis’ tidak bisa hilang begitu saja.
Sebutan ‘Ngemis’ dengan sendirinya terlontar dari mulut orang Jawa ketika melihat ada orang miskin yang meminta minta yaitu ” Koyo wong Ngemis” (maksudnya seperti orang mengikuti kegiatan pada hari Kamis tersebut).
Nah, disinilah terjadi peralihan makna dari ‘Ngemis’, yaitu yang dulunya sebagai bagian/ritual Ngalap Berkah, menjadi kegiatan meminta minta belas kasihan, dan kemudian mereka yang Ngemis, disebut Pengemis.
Pengemis memang identik dengan orang miskin yang menderita kesusahan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan paling dasar sekalipun yaitu makan. Pengemis untuk bisa mengisi perutnya saja harus meminta minta belas kasihan dari orang lain.
Tetapi hal tersebut sudah tidak berlaku di jaman sekarang, pengemis merupakan suatu profesi yang menjanjikan, bahkan bisa-bisa orang tersebut jauh lebih kaya daripada pemberi sedekah. Hal ini terutama di kota besar menjadi suatu masalah.
Jenis-jenis Pengemis
Kita dapat menyaksikan sendiri bahwa pengemis tidak hanya mereka yang sudah lanjut usia, tetapi hampir di setiap tingkatan usia ada yang menjadi  pengemis. Berikut adalah beberapa jenis pengemis yang dapat kami identifikasi dari berbagai sumber serta dari hasil observasi kami, di antaranya:
1.      Pengemis Dengan Anak
Pengemis dengan anak adalah orang-orang yang meminta-minta di muka umum dengan cara memperalat anak baik anak kandung ataupun anak  pinjaman untuk mendapat belas kasihan orang lain. Anak yang mereka bawa  biasanya di gendong atau si anak dibuat tertidur lelap di jalanan sehingga orang yang lewat di depannya merasa iba dan memberi kepada mereka. Tapi tidak semua anak yang mereka bawa adalah keinginan si anak, ada juga yang karena paksaan dari orang tuanya walaupun anak melawan dan mereka hanya ingin bermain, jika si anak melawan orang tuanya kadang memukul atau memarahi mereka agar menuruti apa kemauan dari sang orang tua. Seperti contoh kita lihat banyak di jalanan baik di daerah metropolitan atau di kota-kota besar seperti Bandung, mereka mengemis dengan membawa anak sebagai bentuk untuk menarik simpati orang lain. Fenomena  pengemis dengan membawa anak sudah tidak asing lagi kita temui di setiap  persimpangan lampu merah. Selain kaum marginal ini malas, tidak ada suatu badan usaha baik swasta ataupun pemerintah yang “mau” dan peduli untuk memberdayakan mereka. Mereka malah dimanfaatkan oleh mafia pengemis.
2.      Pengemis Bocah
Pengemis bocah adalah anak-anak yang meminta-minta di muka umum atau di jalanan untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Bocah disini berusia antara 3-17 tahun. Motif dari mereka melakukan ini karena untuk membantu orang tua dari mereka yang mungkin dalam keadaan susah, orang tuanya sedang sakit ataupun sudah meninggal atau barangkali mereka dipekerjakan oleh seseorang yang menjadi mafia pengemis ini atau  bahkan oleh orang tuanya sendiri. Seperti kasus di Batam, seorang anak yang dipaksa oleh ayahnya untuk  bekerja di jalanan dengan cara mengemis tapi karena dia tidak mau maka dia sering di pukul dan disundut rokok ke pipinya. Selain itu juga dia harus membawa hasil uang mengemisnya itu ke bapaknya atau menyetor.
3.      Pengemis Cacat atau Disabilitas
Pengemis cacat atau disabilitas adalah pengemis yang memiliki keterbatasan baik secara fisik, mental atau ganda. Umumnya mereka mengemis karena tidak ada hal lain yang bisa mereka lakukan selain dengan meminta-minta di jalanan. Hal ini disebabkan karena kecacatan yang mereka alami sehingga sulit untuk memperoleh atau melakukan pekerjaan yang lebih  baik. Dengan keterbatasan atau kecacatan mereka, maka sangat memungkinkan orang lain untuk berbelas kasih dengan memberikan sumbangan seikhlasnya.
4.      Pengemis Professional dan Terorganisir
Pengemis professional yaitu orang-orang yang meminta-minta di tempat umum untuk mendapat belas kasihan orang lain sebagai profesinya untuk memeroleh pendapatan. Professional di sini maksudnya bahwa mereka  punya strategi dan cara-cara khusus untuk menarik simpati orang lain sehingga mau berbelas kasih kepada mereka. Selain mereka dikategorikan  profesinal, mereka juga terorganisir. Terorganisir disini maksudnya bahwa kegiatan atau aksi yang mereka lakukan biasanya sudah ada yang menaunginya. Biasanya mereka adalah orang-orang yang sengaja ditampung oleh seseorang atau kelompok tertentu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan bagi seseorang atau kelompok tersebut. Cara-cara yang mereka lakukan (pengemis professional) biasanya dengan berpura-pura cacat fisik, cacat mental, maupun cacat ganda. Selain itu dengan sengaja berpakaian lusuh atau sengaja membawa anak atau menyewanya dari orang lain untuk dijadikan alat bagi mereka memeroleh  belas kasihan orang lain.
Faktor Penyebab Munculnya Pengemis
Berikut adalah beberapa faktor penyebab munculnya permasalahan  pengemis, di antaranya:
1.      Himpitan ekonomi (kemiskinan);
2.      Keterbatasan fisik (penuaan/cacat tubuh);
3.      Tradisi suatu masyarakat yang menjadikan mengemis sebagai profesi;
4.      Kekurangan potensi sumber daya baik alam, manusia maupun lingkungan untuk dapat mengembangkan peluang dan kesempatan kerja;
5.      Kondisi musiman, seperti pada saat hari raya;

6.      Nilai-nilai hidup yang dianut individu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar